Sabtu, 29 Desember 2012

Bahasa


A.    Bahasa
1.      Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan arti bahasa yaitu antara lain:
1)      Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
2)      Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah, dsb).
3)      Percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.[1]
Dengan demikian, maka bahasalah yang mengenal individu-individu dalam masyarakat manusia, bahasalah yang menyatakan cita-cita dan tujuan mereka dalam hidup, kemudian bahasa itu merupakan faktor efektif dalam perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat karena bahasa itu adalah cermin yang bersih yang mana menentukan gambar sebenarnya mengenai kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa bahasa atau melalui bahasa kita dapat mengetahui tingkat alam, pikiran suatu umat atau bahasa, dengan bangsa kita dapat mengetahui tingkat kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa.
a.      Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau hubungan antar anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana yang dinamakan bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat.[2]
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi bahasa. Roman Jakobson mengemukakan bahwa bahasa mempunyai 6 fungsi. Fungsi itu ialah :
1)   Emotive Speech
      Ujaran berfungsi psikologis yaitu dalam menyatakan persaaan sikap, emosi si penutur.
2)   Phatic Speech
      Ujaran berfungsi memelihara hubungan sosial dan berlaku pada suasana tertentu.
3)   Cognitive Speech
      Ujaran yang mengacu kepada dunia yang sesungguhnya yang sering diberi istilah denotatif atau informatif.
4)      Rhetorical Speech
Ujaran berfungsi mempengaruhi dan mengkondisi pikiran dan tingkah laku para penanggap tutur.
5)      Metalingual Speech
Ujaran berfungsi untuk membicarakan bahasa, ini adalah jeis ujaran yang paling abstrak karena dipakai dalam membicarakan kode komunikasi.
6)      Poetic Speech
Ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan mengistimewakan nilai-nilai estetikanya.[3]     
Para ahli bahasa juga banyak yang berbeda pendapat mengenai pembagian fungsi bahasa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa fungsi bahasa itu dapat dibagi menjadi lima kelompok yang besar yaitu, personal, interpersonal, direktif, referensial, dan imajinatif. Fungsi personal adalah kemampuan pembicaraan atau penulis untuk menyatakan pikiran atau perasaannya, misalnya cinta, kesenangan, kekecewaan, kesusahan, kemarahan, kemasgulan dan sebagainya. Fungsi interpersonal adalah kemampuan kita untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membuat hidup dengan orang lain baik dan menyenangkan. Termasuk dalam kategori ini, misalnya rasa simpati, rasa senang atas keberhasilan orang lain, kekhawatiran dan sebagainya, yang dinyatakan dalam bahasa. Fungsi direktif memungkinkan kita untuk dapat mengajukan permintaan, saran, membujuk, meyakinkan dan sebagainya. Fungsi referensial adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk menulis atau berbicara tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai bahasa itu sendiri. Fungsi imajinatif adalah kemampuan untuk dapat menyusun irama, sajak, cerita tertulis maupun lisan. Fungsi ini sukar diajarkan, kecuali kalau siswa memang  berbakat untuk hal-hal semacam itu.[4] Fungsi-fungsi bahasa tersebut di atas akan nampak dalam komunikasi.
b.      Perkembangan Ilmu Bahasa
Sejarah perkembangan ilmu bahasa pada dasarnya dapat dikatakan bermula dari dua dunia, yaitu dunia Barat dan dunia Timur. Secara kebetulan bermulanya sejarah bahasa di dunia Barat dan di dunia Timur hampir bersamaan masanya, yaitu sekitar abad IV sebelum Masehi. Sejarah perkembangan bahasa di dunia Barat tersebut diawali dari Yunani Kuno, sedangkan perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur di awali dari India.
1)      Perkembangan Ilmu Bahasa di Dunia Barat
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia Barat dimulai sejak dua puluh empat abad yang lalu, yaitu abad IV sebelum Masehi. Plato (429-348 SM) menelorkan pembagian jenis kata berjasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Ia sebenarnya tidak berfikir bahwa ia akan menjadi orang pertama yang memikirkan bahasa dan ilmu bahasa. Dalam kerangka telaah filsafatnya itu Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni anoma dan rema. Secara awam anoma dapat disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema dapat disejajarkan dengan kata kerja atau kata sifat. Pembagian ini kemudian dikembangkan oleh Aristoteles, murid Plato, dengan menambahkan jenis ketiga yaitu syndesmos, yaitu jenis kata yang tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Sampai masa ini perkembangan bahasa terbatas pada telaah kata saja, khususnya tentang jenis kata.
Tata bahasa atau gramatika mulai diperhatikan pada akhir abad kedua Sebelum Masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku inilah yang kemudian menjadi panutan para ahli tata bahasa yang lain. Para ahli tata bahasa yang mengikuti Thrax ini kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis kata meliputi: (1) nomina, (2) protonima, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbia, (6) preposisi, (7) partisiplum, dan (8) konjugasi.
Ketika bangsa Romawi menaklukkan bangsa Yunani pun dikenakan pada bahasa Latin. Gramatisasi yang dikenal pada masa itu ialah Donatius (abad IV) dan Priscianus (abad V). Pembagian jenis kata pada saat itu menjadi tujuh, yaitu: nomina, protomina, verba, adverbia, preposisi, partisiplum, dan konjugasi/ konjugasio. Sedangkan pada abad pertengahan pembagian jenis kata dilakukan oleh Modistae. Ia membagi jenis kata menjadi delapan, yaitu: nomina, protomina, verba, adverbia, preposisi, partisiplum, konjugasio dan interjeksi. Pada masa Renaisance pembagian jenis kata kembali menjadi tujuh dengan menghilangkan jenis verba.
Sejak masa Yunani Kuno sampai akhir abad XIX ilmu bahasa lebih banyak menggeluti kata, khususnya masalah pembagian jenis kata. Ilmu bahasa komparatif yang juga berkembang pesat pada abad XIX hanya berhasil membandingkan kata-kata.
Awal abad XX muncul karangan Ferdinand de Saussure yang berjudul “Course de Linguistique Generale” (1916) yang merupakan angin segar bagi perkembangan ilmu bahasa moderen. Konsepnya tentang signifiant dan signifie merupakan kunci utama untuk memahami hakikat bahasa. Konsep lain yang ditampilkan antara lain Parole, Langue, dan Langage, representatif grafis serta deretan sintakmatik dan paradigmatik. Pandangan Saussure ini kemudain berkembang menjadi aliran strukturalisme tidak lagi menggunakan kriteria filosofis. Kriteria yang dipakai adalah kriteria struktur yang meliputi struktur morfologis, fraseologis, dan klausal.[5]
2)      Perkembangan Ilmu Bahasa di Dunia Timur
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur dimulai dari India pada lebih kurang abad empat sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan dimulainya sejarah ilmu bahasa di Barat. Perkembangan bahasa di dunia Timur ini ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul “Vyakarya”. Buku tersebut merupakan buku tata bahasa Sansekerta yang sangat mengagumkan dunia, karena pada zaman yang sedini itu telah dapat mendeskripsikan bahasa Sansekerta secara lengkap dan seksama, teristimewa dalam bidang fonologinya. Huruf Devanagarai yang dipakai untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa Sansekerta demikian lengkap. Setiap bunyi diupayakan dilambangkan secara khas.
Di dunia tidak ada bahasa yang secermat ini sistem bunyi dan sistem tulisannya. Banyak ahli bahasa Barat yang kagum ddan tereperanjat setelah mengetahui bahwa tata bahasa Sansekerta pada zaman sedini ini sudah memiliki deskripsi yang tak ubahnya dengan deskripsi ahli bahasa struktural di Barat paada awal abad dua puluh. Bahkan banyak yang menilai bahwa deskripsi linguistik Panini ini merupakan deskripsi struktural paling murni. Sayangnya puncak strukturalisme terputus sama sekali dan tidak ada kelanjutannya barang sedikitpun.[6]


[1] Depdikbud, Op. Cit, hlm. 66.
[2] Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm. 5
[3] Asep Ahmad Hidayat,  FILSAFAT BAHASA Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 27
[4]  Muljanto Sumardi, Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992) hlm. 75
[5] Soeparno, Op.Cit ,  hlm. 11 - 16
[6] Ibid., hlm. 17-19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar