Sabtu, 29 Desember 2012

Common Gender dan Neuter Gender.


Common Gender dan Neuter Gender.
      Common Gender (jenis kelamin umum) yaitu kata benda yang menunjukkan jenis kelamin umum, baik laki-laki (masculine) atau juga perempuan (feminime). [1]
      Contoh:
Baby (bayi)
Darling (kekasih)
Teacher (guru)
Passenger (penumpang)
Guest (tamu)
Writer (penulis)
Rival (saingan)
Driver (pengemudi)
Farmer (petani)
Parents (orang tua)
Tourist (turis)
Relatives (kerabat)
President (presiden)
Partner (partner)

            Contoh dalam kalimat :
a.   My parents are drivers .
      (kedua orangtuaku adalah pengemudi)
b.   I never know that my rival is also a writer.
      (aku tidak pernah tahu bahwa sainganku juga seorang penulis)
c.   My neighbour has just had a very strange guest.
      (Tetanggaku baru saja menerima tamu yang sangat aneh)
d.   My sister’s baby always cries along night.[2]
      (Bayi saudariku selalu menangis sepanjang malam.
Neuter Gender (jenis netral) ialah kata benda yang berjenis kelamin netral dan hanya dipergunakan untuk kata benda yang tidak bernyawa, seperti bag (tas), chair (kursi), money (uang), school (sekolah), pencil (pensil), ruler (penggaris) dan lain-lain.[3]
Yang termasuk dalam neuter gender adalah material noun, abstrak noun dan collective noun.
Beberapa contoh neuter gender lainnya adalah :
Money
Wood
Iron
Gold
Chair
Window
Door
Box
Tape
Bed
Radio
Battery
Bag
Pen
Book
Table
Music
Uang
Kayu
Besi
Emas
Kursi
Jendela
Pintu
Kotak
Tip
Tempat tidur
Radio
Baterai
Tas
Bulpen
Buku
Meja
Musik
Vase
House
Computer
Machine
Blanket
Television
Fan
Medicine
Car
Lamp
Ball
Stationary
Cupboard
Stove
Cotton
Watch
Pillow
Vas bunga
Rumah
Komputer
Mesin
Selimut
Televisi
Kipas angin
Obat
Mobil
Lampu
Bola
Alat-alat tulis
Lemari
Kompor
Kapas
Arloji
Bantal

Contoh dalam kalimat:
My mom always sets the television on the table near the window ands puts a small cute pillow on that television.[4]
(Ibuku selalu menata TV di atas meja di dekat jendela dan meletakkan sebuah bantal kecil lucu di atas TV tersebut).


[1]Ibid.,  hlm. 23.
[2] Dina Wahyuni, Op. Cit., hlm. 38.
[3] Rachmat Taufiq Hidayat, Op. Cit., hlm. 26.
[4] Dina Wahyuni, Op. Cit., hlm. 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar