A.
Bahasa
1.
Pengertian
Dalam kamus
bahasa Indonesia disebutkan arti bahasa yaitu antara lain:
1)
Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan
alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional
yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
2)
Perkataan-perkataan
yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah,
dsb).
Dengan demikian, maka bahasalah yang
mengenal individu-individu dalam masyarakat manusia, bahasalah yang menyatakan
cita-cita dan tujuan mereka dalam hidup, kemudian bahasa itu merupakan faktor
efektif dalam perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat karena bahasa itu adalah
cermin yang bersih yang mana menentukan gambar sebenarnya mengenai kehidupan
manusia. Dengan kata lain bahwa bahasa atau melalui bahasa kita dapat
mengetahui tingkat alam, pikiran suatu umat atau bahasa, dengan bangsa kita dapat
mengetahui tingkat kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa.
a.
Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa berfungsi sebagai
alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau hubungan antar
anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana yang dinamakan bahasa.
Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat
komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada
pula bahasa tanpa masyarakat.[2]
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
mengenai fungsi bahasa. Roman Jakobson mengemukakan bahwa bahasa mempunyai 6 fungsi. Fungsi
itu ialah :
1) Emotive Speech
Ujaran berfungsi psikologis yaitu dalam
menyatakan persaaan sikap, emosi si penutur.
2) Phatic Speech
Ujaran berfungsi memelihara hubungan
sosial dan berlaku pada suasana tertentu.
3) Cognitive Speech
Ujaran yang mengacu kepada dunia yang
sesungguhnya yang sering diberi istilah denotatif atau informatif.
4)
Rhetorical Speech
Ujaran
berfungsi mempengaruhi dan mengkondisi pikiran dan tingkah laku para penanggap
tutur.
5)
Metalingual Speech
Ujaran
berfungsi untuk membicarakan bahasa, ini adalah jeis ujaran yang paling abstrak
karena dipakai dalam membicarakan kode komunikasi.
6)
Poetic Speech
Ujaran
yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan mengistimewakan nilai-nilai
estetikanya.[3]
Para ahli bahasa juga banyak yang
berbeda pendapat mengenai pembagian fungsi bahasa. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa fungsi bahasa itu dapat dibagi menjadi lima kelompok yang besar yaitu,
personal, interpersonal, direktif, referensial, dan imajinatif. Fungsi personal
adalah kemampuan pembicaraan atau penulis untuk menyatakan pikiran atau perasaannya, misalnya cinta, kesenangan,
kekecewaan, kesusahan, kemarahan, kemasgulan dan sebagainya. Fungsi
interpersonal adalah kemampuan kita untuk membina dan menjalin hubungan kerja
dan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membuat hidup dengan orang
lain baik dan menyenangkan. Termasuk dalam kategori ini, misalnya rasa simpati,
rasa senang atas keberhasilan orang lain, kekhawatiran dan sebagainya, yang
dinyatakan dalam bahasa. Fungsi direktif memungkinkan kita untuk dapat
mengajukan permintaan, saran, membujuk, meyakinkan dan sebagainya. Fungsi
referensial adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk menulis atau
berbicara tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai bahasa itu
sendiri. Fungsi imajinatif adalah kemampuan untuk dapat menyusun irama, sajak,
cerita tertulis maupun lisan. Fungsi ini sukar diajarkan, kecuali kalau siswa
memang berbakat untuk hal-hal semacam
itu.[4] Fungsi-fungsi bahasa tersebut di atas akan nampak dalam komunikasi.
b.
Perkembangan
Ilmu Bahasa
Sejarah perkembangan ilmu bahasa pada
dasarnya dapat dikatakan bermula dari dua dunia, yaitu dunia Barat dan dunia
Timur. Secara kebetulan bermulanya sejarah bahasa di dunia Barat dan di dunia
Timur hampir bersamaan masanya, yaitu sekitar abad IV sebelum Masehi. Sejarah
perkembangan bahasa di dunia Barat tersebut diawali dari Yunani Kuno, sedangkan
perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur di awali dari India .
1)
Perkembangan
Ilmu Bahasa di Dunia Barat
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di
dunia Barat dimulai sejak dua puluh empat abad yang lalu, yaitu abad IV sebelum
Masehi. Plato (429-348 SM) menelorkan pembagian jenis kata berjasa Yunani Kuno
dalam kerangka telaah filsafatnya. Ia sebenarnya tidak berfikir bahwa ia akan
menjadi orang pertama yang memikirkan bahasa dan ilmu bahasa. Dalam kerangka
telaah filsafatnya itu Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua
golongan yakni anoma dan rema. Secara awam anoma dapat
disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema dapat disejajarkan dengan kata
kerja atau kata sifat. Pembagian ini kemudian dikembangkan oleh Aristoteles,
murid Plato, dengan menambahkan jenis ketiga yaitu syndesmos, yaitu
jenis kata yang tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Sampai masa ini
perkembangan bahasa terbatas pada telaah kata saja, khususnya tentang jenis
kata.
Tata bahasa atau gramatika mulai
diperhatikan pada akhir abad kedua Sebelum Masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax.
Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku
inilah yang kemudian menjadi panutan para ahli tata bahasa yang lain. Para ahli tata bahasa yang mengikuti Thrax ini kemudian
dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis
kata meliputi: (1) nomina, (2) protonima, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbia,
(6) preposisi, (7) partisiplum, dan (8) konjugasi.
Ketika bangsa Romawi menaklukkan bangsa
Yunani pun dikenakan pada bahasa Latin. Gramatisasi yang dikenal pada masa itu
ialah Donatius (abad IV) dan Priscianus (abad V). Pembagian jenis kata pada
saat itu menjadi tujuh, yaitu: nomina, protomina, verba, adverbia, preposisi,
partisiplum, dan konjugasi/ konjugasio. Sedangkan pada abad pertengahan pembagian
jenis kata dilakukan oleh Modistae. Ia membagi jenis kata menjadi delapan,
yaitu: nomina, protomina, verba, adverbia, preposisi, partisiplum, konjugasio
dan interjeksi. Pada masa Renaisance pembagian jenis kata kembali menjadi tujuh
dengan menghilangkan jenis verba.
Sejak masa Yunani Kuno sampai akhir abad
XIX ilmu bahasa lebih banyak menggeluti kata, khususnya masalah pembagian jenis
kata. Ilmu bahasa komparatif yang juga berkembang pesat pada abad XIX hanya
berhasil membandingkan kata-kata.
Awal abad XX muncul karangan Ferdinand
de Saussure yang berjudul “Course de Linguistique Generale” (1916) yang
merupakan angin segar bagi perkembangan ilmu bahasa moderen. Konsepnya tentang
signifiant dan signifie merupakan kunci utama untuk memahami hakikat bahasa.
Konsep lain yang ditampilkan antara lain Parole, Langue, dan Langage,
representatif grafis serta deretan sintakmatik dan paradigmatik. Pandangan
Saussure ini kemudain berkembang menjadi aliran strukturalisme tidak lagi
menggunakan kriteria filosofis. Kriteria yang dipakai adalah kriteria struktur
yang meliputi struktur morfologis, fraseologis, dan klausal.[5]
2)
Perkembangan
Ilmu Bahasa di Dunia Timur
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di
dunia Timur dimulai dari India
pada lebih kurang abad empat sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan
dimulainya sejarah ilmu bahasa di Barat. Perkembangan bahasa di dunia Timur ini
ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul “Vyakarya”. Buku tersebut
merupakan buku tata bahasa Sansekerta yang sangat mengagumkan dunia, karena
pada zaman yang sedini itu telah dapat mendeskripsikan bahasa Sansekerta secara
lengkap dan seksama, teristimewa dalam bidang fonologinya. Huruf Devanagarai
yang dipakai untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa Sansekerta demikian lengkap.
Setiap bunyi diupayakan dilambangkan secara khas.
Di dunia tidak ada bahasa yang secermat
ini sistem bunyi dan sistem tulisannya. Banyak ahli bahasa Barat yang kagum
ddan tereperanjat setelah mengetahui bahwa tata bahasa Sansekerta pada zaman
sedini ini sudah memiliki deskripsi yang tak ubahnya dengan deskripsi ahli
bahasa struktural di Barat paada awal abad dua puluh. Bahkan banyak yang
menilai bahwa deskripsi linguistik Panini ini merupakan deskripsi struktural
paling murni. Sayangnya puncak strukturalisme terputus sama sekali dan tidak
ada kelanjutannya barang sedikitpun.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar