Isim Berdasarkan Jumlahnya, yaitu Isim
Mufrad, Mutsana dan Jamak
a. Isim mufrad (kata benda tunggal)
المفرد ما دل على شيء واحد.[1]
Isim Mufrad yaitu isim yang menunjukkan
sesuatu yang satu. Mufrad atau bukannya suatu kata dapat diketahui melalui arti
kata itu sendiri. Akan lebih jelas, jika telah diketahui bentuk mutsana
dan jamak-nya. Apabila isim itu menunjukkan satu, sebuah, atau
seorang, itulah isim mufrad. Seperti kata-kata :
مَسْجِدٌ= masjid رَسُوْلٌ= rasul
يَوْمٌ= hari
مُؤْمِنٌ= seorang mukmin
Dalam kata benda, isim mufrad
mempunyai tiga kasus atau keadaan[3]:
Nominatif
|
Dinyatakan dengan
|
ضَمَّةٌ
|
_ُ_
|
Akusatif
|
Dinyatakan dengan
|
فَتْحَةٌ
|
_َ_
|
Genitif
|
Dinyatakan dengan
|
كَسْرَةٌ
|
_ِ_
|
Keterangan:
1) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) ditandai dengan dhommah atau dhommah tanwin. Contoh :
كِتَابٌatau الْكِتَابُ : Buku
2) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب) ditandai
dengan fathah atau fathah tanwin. Contoh :
كِتَابًاatau الْكِتَابَ : Buku
3) Genitif / majrur (مَجْرُوْر) ditandai
dengan kasroh atau kasroh tanwin. Contoh :
كِتَابٍatau الْكِتَابِ : Buku
Isim mufrad penerapan dalam kalimat:
1) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) :
تَعِبَ الْعَامِلُ
Pekerja itu lelah.
2) Akusatif / manshub
(مَنْصُوْب) :
نَادَيْتُ الْبَائِعَ
Saya
memanggil penjual itu.
3) Genitif / majrur (مَجْرُوْر) :
Saya memuji orang yang sopan itu.
b Isim mutsana (kata benda ganda)
المثنى ما دل على شيئين اثنين بزيادة ألف ونون أو ياء
ونون في آخره.[5]
Isim mutsana adalah isim yang menunjukkan
kepada dua orang, dua bentuk atau dua buah. Cirinya, ada tambahan alif
dan nun atau ya’ dan nun pada bentuk mufrad-nya.
Seperti kata:
Penjelasan:
Perubahan
pada bentuk mudzakkar : bentuk mufrad-nya كِتَابٌ
Jika
ditambah alif dan nun akan menjadi كِتَابَانِ
Jika ditambah dengan ya’ dan nun akan
menjadi
كِتَابَيْنِ
Perubahan pada bentuk muannats : bentuk mufrad-nya
كُرَّاسَةٌ
Jika
ditambah alif dan nun akan menjadi كُرَّاسَتَانِ
Jika ditambah dengan ya’ dan nun akan
menjadi
كُرَّاسَتَيْنِ
Keadaan isim mutsanna dalam penerapannya
dalam suatu kata:
1) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) ditandai dengan alif dan nun. Contoh :
كِتَابَانِ : Dua buku
كُرَّاسَتَانِ : Dua buku tulis
2) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب) ditandai
dengan ya’ dan nun. Contoh :
كِتَابَيْنِ : Dua buku
كُرَّاسَتَيْنِ : Dua buku tulis
3) Genitif / majrur (مَجْرُوْر) ditandai
dengan ya’ dan nun. Contoh :
كِتَابَيْنِ : Dua buku
كُرَّاسَتَيْنِ : Dua buku tulis
Isim Mutsanna dalam penerapan kalimat:
1) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) :
حَضَرَ الْمُهَنْدِسَانِ
Dua orang Insinyur itu telah datang.
2) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب) :
نَادَيْتُ الْبَائِعَيْنِ
Saya
memanggil dua orang penjual itu.
3) Genitif / majrur (مَجْرُوْر) :
Saya memuji dua orang yang sopan itu.
c. Isim jamak (kata benda banyak)
Dalam kitab Jami’u Ad-durus al-‘arabiyah Juz Ats-Tsani karya Syekh Mustafa Al-Ghalayaini, dikatakan
bahwa :
Isim Jamak
yaitu isim yang menggantikan dari pada tiga atau lebih, dengan tambahan
huruf di akhir kata. Dengan kata lain isim jamak adalah isim
yang lebih dari dua. Isim ini terbagi tiga bagian :
1) Jamak mudzakar salim
(jamak beraturan menunjukkan laki-laki).
جمع المذكر
السالم ما دل على أكثر من اثنين بزيادة واو ونون أو ياء ونون في آخره.[9]
Jamak yang menunjukkan lebih dari dua, yang ciri-cirinya adalah tambahan huruf wawu dan nun
(ون ) atau huruf ya dan nun ( ين ) pada bentuk mufrad-nya , seperti :
مُسْلِمٌ = seorang muslim مُسْلِمُوْنَ= orang-orang muslim
Keadaan jamak
mudzakar salim dalam penerapannya dalam suatu kata:
a) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) ditandai dengan waw dan nun. Contoh :
مُسْلِمُوْنَ : Orang-orang
muslim
b) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب) ditandai
dengan ya’ dan nun. Contoh :
مُسْلِمِيْنَ : Orang-orang
muslim
c) Genitif
/ majrur (مَجْرُوْر) ditandai
dengan ya’ dan nun. Contoh:
مُسْلِمِيْنَ : Orang-orang
muslim
Jamak mudzakar salim penerapannya dalam
kalimat:
a) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع):
فَازَ الْمُجِدُّوْنَ
Orang-orang
laki-laki yang rajin itu beruntung.
b) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب):
أَكْرَمْتُ
الْقَادِمِيْنَ
Saya menghormati
orang-orang laki-laki yang telah lalu.
c) Genitif / majrur (مَجْرُوْر):
Saya senang kepada para penulis laki-laki itu.
2) Jamak muanats
salim (jamak beraturan menunjukkan perempuan).
جمع المؤنث السالم ما دل على أكثر من اثنتين بزيادة ألف
وتاء في آخره.[12]
Jamak muannats salim
yaitu jamak beraturan (salim), menunjukkan jenis feminime (perempuan)
yang lebih dari dua orang dan terdapat tambahan alif dan ta’ pada
bentuk isim mufrad-nya, seperti :
مُسْلِمَاتٌ= wanita-wanita muslim
مُؤْمِنَاتٌ= wanita-wanita mukmin
Keadaan jamak
muannats salim dalam penerapannya dalam suatu kata:
a) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع) ditandai dengan dhommah atau dhommah tanwin.
Contoh :
مُسْلِمَاتٌ : Orang-orang
muslim
b) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب) ditandai
dengan kasroh atau kasroh tanwin. Contoh :
مُسْلِمَاتٍ : Orang-orang
muslim
c) Genitif
/ majrur (مَجْرُوْر) ditandai
dengan kasroh atau kasroh tanwin. Contoh:
مُسْلِمَاتٍ : Orang-orang
muslim
Jamak muannats salim penerapannya dalam kalimat:
a) Nominatif/ marfu’ (مَرْفُوع):
بَاضَاتِ الدَّجَاجَاتُ
Ayam-ayam betina itu bertelur.
b) Akusatif / manshub (مَنْصُوْب):
سَقَيْتُ الشَّجَرَاتِ
Saya mengairi
pohon-pohon itu.
c) Genitif / majrur (مَجْرُوْر):
Saya berterima kasih kepada para Fatimah itu.
3) Jamak taksir
(jamak tidak beraturan).
جمع التكسير يدل على أكثر من اثنين مع تغير صورة مفرد.[15]
Jamak taksir yaitu jamak tidak beraturan yang
menunjukkan lebih dari dua dengan mengubah bentuk tunggalnya (mufrad-nya)
tetapi tidak ada aturan yang pasti. Jamak ini untuk
semua benda mati maupun hidup, mudzakar maupun muannats. Seperti
kata-kata :
كُتُبٌ = kitab-kitab
بُيُوْتٌ= rumah-rumah
أَبْوَابٌ= pintu-pintu
أَنْبِيَاءُ= nabi-nabi
مَسَاجِدُ= masjid-masjid جِبَالٌ= gunung-gunung
Dari
contoh di atas terlihat bahwa bentuk plural dari mufrad/ singular-nya tidak beraturan sebagaimana pada jamak
salim. Bentuk jamak
taksir ini sima’i,
artinya mengikuti apa yang diucapkan oleh orang Arab. Oleh karena itu maka
harus dihafalkan. Kita dapat mengetahui sebuah isim ber-jamak taksir atau salim dapat dilihat
di dalam kamus. Kamus bahasa Arab yang baik tentu mencantumkan bentuk jamak
dari suatu isim.
[1]Ali Al-Jarimi
dan Musthofa Amin, An-Nahwu Al-Wadhih fi Qawaid Al-Lughatil Arabiyyah Li
madarisi al marhalatil uula jus tsani, (Surabaya: Hidayah, 1955), hlm. 75.
[3] Abdullah Abbas Nadwi, Op.
Cit., hlm. 293.
[8]Musthafa Al-Ghulayaini, Jami’u Ad-durus
al-‘arabiyah Juz Ats-Tsani, hlm. 16.
[15]Ali Al-Jarimi
dan Musthofa Amin, An-Nahwu Al-Wadhih fi Qawaid Al-Lughatil Arabiyyah Li
madarisi ats Tsanawiyyah jus tsani (Mesir: Darul Ma’arif, 1956), hlm. 126.
Terima kasih ilmunya, sangat bermanfaat :)
BalasHapus