Taraaaaaaaaaaaaaaaa......................
Sahaaaaabat...... *iyaaaaa....
kali ini saya mau share tentang materi khutbah sewaktu KKN di gunung intan.
jadi ingat waktu KKN disana. sewaktu ada tugas untuk jadi khotib, eh,,,,, malah tunjuk-tunjukan.. alasannya mau pulang lah,,, itu lah.... saya yang maju duluan...
gila bukan main dah waktu itu. pengen rasanya ku kuciak (teriak). tapi nanti dikira orang gila, nggak jadi dah. paksa latihan terus....terus.... terus... seminggu latihan itu...
mulai intonasi, suara, cara naik, cara muter, cara duduk. cara ngelirik-lirik. hedehh. mateng betul sudah persiapannya....
tiba waktunya untuk khotbah,, ehhh keringatan dah. asli. pada basah tu baju. jamaahnya ada yang liat, ada yang tidur. emang susah ya kalau saya ni, orangnya pendiam, takut salah didepan banyak orang, jadinya saya tidak mentolerir kesalahan saya walaupun sedikit. sehingga kalau sedikit saja menurut saya saya, maka keringatlah keluar dari tubuh saya. ini ku alami waktu kelas 3 sma. atau pesantren. waktu itu saya ketemu dgn guru yang ber adab sekali. jadi waktu ketemu, ya harus segan betul. jadinya waktu ujian, kan ujiannya face to face.. nah,, waktu itu keluar sudah keringat basah.... padahal dulu-dulu belum pernah kayak gini. mungkin karena terlalu banyak mengenal adab, sehingga salah dikit jadi takut, kemudian keringat dingin dah. berlanjut dan berlanjut hingga kuliah, pkl dan kkn. mungkin msih sampai sekarang. tapi kayaknya berkurang. karena sering bersosialisasi, walaupun cuma jadi pendengar yang baik.
eh... jadi lupa.... inilah dia materi khutbah saya sewaktu kkn. cekidot.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُلِلهِ عَالِمِ اْلغَيْبِ وَالشَّهاَدَةِ, اَلْقَادِرِ
عَلىَ تَنْفِيْذِ ماَ قَدَّرَهُ وَاَرَادَهُ, اَلْحَكِيْمِ فِي كُلِّ شَيْءٍ قَضَاهُ
حَتىَّ اْلعَجْزَ وَالْكَيْسَ وَالشَّقَاوَةَ وَالسَّعَادَةَ, اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ
حَمْدَ عَبْدٍ عَظَمَ رَجَاءُهُ لِلْمَغْفِرَةِ وَالزِّيَادَةِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَعْظِمْ بِهَا شَهَادَةً,وَ اَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ السَّادَّةِ,اَللهُمَّ صَلِّ
عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ نُجُوْمِ الْهِدَايَةِ
وَاْلإِفَادَةِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهَ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Mengawali
khotbah pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa berusaha
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala yang
diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya
dengan penuh kesadaran, kesabaran, serta ketulusan hati hanya karena Allah
semata. Dengan demikian, semoga kita mendapatkan kebahagiaan di dunia kini dan
di akhirat kelak.
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Kenikmatan
terbesar yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita adalah berupa iman dan
Islam. Keimanan merupakan kenikmatan yang paling besar, yang diberikan Allah
SWT kepada kita. Kita telah diberi petunjuk oleh Allah sehingga menjadi orang
yang beriman dan memeluk agama yang benar yaitu gama islam, hal itu merupakan kenikmatan yang paling tinggi dan tiada
bandingannya. Barangkali selama ini kita kurang merasakan akan hal itu, dan
menganggap bahwa apa yang kita yakini sebagai kebenaran itu merupakan suatu hal
yang biasa dan tidak
istimewa. Padahal dengan
keimanan akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan hidup didunia. Utamanya di akhirat kelak.
Untuk sampai
pada kesadaran akan
besarnya kenikmatan iman yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Marilah kita
memperhatikan Firman Allah SWT. Yang artinya “Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki Allah kesesatannya,
nisacaya Allah menjadikan dadanya sesat lagi sempit, seolah-olah ia sedang
mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpahkan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman.” QS Al-An’am 125.
Dari ayat
tersebut kita mendapatkan pemahaman ddengan jelas, bahwa nilai-nilai keimanan akan membawa dampak kejiwaaan yang
sangat pentinglagi kelangsungan hidup manusia. Keimanan yang benar merupakan
kunci kelapangan dada. Didalam menjalankan kehidupan menuju kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan dengan keimanan yang benar kepada Allah,
ketakutan maupun kekhawatiran seseorang menjadi sirna dan kehidupan menjadi
terbimbing dan terarah, sehingga terhindar dari perbuatan dosa.
Allah SWT
berfirman :
`yJsù .`ÏB÷sã ¾ÏmÎn/tÎ/ xsù ß$$ss $T¡ør2 wur $Z)ydu ÇÊÌÈ
13…. Barangsiapa beriman kepada
Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula)
akan penambahan dosa dan kesalahan.
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Kualitas iman seseorang dapat diukur
dengan komitmennya terhadap penegakan ajaran islam secara menyeluruh, baik
secara vertikal maupun horrisontal, yang terkait dengan kehidupan pribadi,
keluarga maupun sosial masyarakat. Untuk itu pada kesempatan yang mulia ini
marilah kita membuka hati dan merenungi keagungan nikmat ini. dengan begitu,
kita berharap akan menjadi golongan hamba Allah yang mendapat pertolongan-Nya
dalam mempertahankan akidah dan keimanan dala situasi dan kondisi yang
bagaimanapun.
Dengan keimanan, sesungguhnya Allah
SWT telah membuka pertalian dan menjaga setiap gerak-gerik, serta tindakan kita
agar selalu berada dijalan yang lurus dan benar. Ddan keimana itu pula yang
akan dapat menyelamatkan kita setelah mati, menghadap kehadirat Allah SWT. Oleh
sebab itu, maka nikmat iman ini harus selalu dijaga, dirawat dan dikembangkan
agar semakin kuat dan berkualitas.
Agar keimanan kita tetap terpelihara
dan terjaga serta terus mengalami peningkatan kualitas perhatikan juga sabda
Rasulullah SAW berikut ini :
“Ada lima hal yang merupakan bagian
dari keimanan, barangsiapa di dalam dirinya tidak terdapat lima hal itu, maka
ia tidak memiliki keimanan. Pertama, ketundukan kepada perintah Allah. Yang
kedua, menerima ketentuan Allah, berserah diri kepada Allah, Tawakal Kepada
Allah dan bersikap sabarketika tertimpa musibah.”
Nabi SAW bersabda:
ثَلاَثَةٌ مَنْ كُناَّ فِيْهِ
وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ
مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءُ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ لِلهِ وَاَنْ
يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ اَنْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا
يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ. رواه
البخارى ومسلم
Artinya:
Ada tiga hal dimana barangsiapa
ketiganya itu berada padanya, maka ia akan memperoleh kenikmatan iman. Pertama,
apabila Allah dan Rasulnya lebih ia cintai daripada yang lain. Kedua, apabila
ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Dan ketiga, apabila ia
membenci kembali kepada kukufuran setelah ia diselamatkan dari itu, sebagaimana
kebenciannya untuk dimasukkan ke neraka”. HR. Bukhari muslim
Dengan demikian jelaslah bagi kita
bahwa memelihara dan meningkatkan keimanan menjadi sebuah keharusan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena dengan iman, manusia terbimbing ke
jalan kebenaran. Sebaliknya, kemanan yang rapuh akan berpengaruh sangat buruk
pada jiwa seseorang, jiwanya menjadi gelap batinnya terasa sesat oleh
beban-beban kehidupan yang seharusnya tidak menjadi prioritas. Di sinilah letak
perbedaan kualitas manusia memiliki iman kuat akan selalu sadar kemana arah
kehidupan yang seharusnya menjadi tujuannya. Sementara orang yang tidak
memilikinya, akan selalu didominasi oleh hawa nafsu, dan keinginan-keinginan
yang tak menentu.
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Oleh sebab itu, disamping hal
tersebut di atas dalam rangka untuk mempersubur dan memperkuat keimanan,
kiranya juga perlu kita perhatikan beberapa hal berikut ini.
Pertama : Terus menerus berusaha
memantapkan dan meningkatkan keimanan, bahwasanya tidak ada Tuhan yang patut
disembah melainkan Allah SWT. Dari tauhid serta keyakinan yang semakin mantap inilah
kemudian tumbuh kesadaran yang tinggi
untuk senantiasa beribadah, memperbanyak amal saleh demi mengabdi kepada Allah
dengan penuh keikhlasan, dan menghindarkan diri dari perilaku setan dan jeratan
hawa nafsu.
Kedua: memelihara iman dalam arti
tetap berpijak dan berpegang pada jalan yang benar yang telah disyariatkan oleh
Allah melalui para nabi dan utusan-Nya dengan penuh kesungguhan dan istiqomah.
Ketiga : suka meghadiri majlis
ta’lim dan ulama. Karena ulama adalah pewaris para nabi, yang memancarkan sinar
keimanan dan keikhlasan. Para ulama ibarat lampu yang menerangi kegulitaan,
seandainya tidak ada ulama, tentu manusia akan hidup dalam kegelapan, kesesatan
dan bergelimangan dalam dosa dan noda. Karena ulama adalah sebagai pewaris dan
penyambung lidah perjuangan rasulullah SAW sebagaimana ditegaskan pada sabda
nabi SAW sebagai berikut. “ dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi, para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka
barangsiapa mengambilknya, maka dia telah megambil bagian yang sempurna. HR abu
dawud dan tirmizi
Nabi SAW juga pernah menjelaskan
tentang betapa pentingnya berada dalam majlis ulama yang memberikan
petuah-petuah sebagai siraman rohani : “Hendaklah kalian menyukai berada dalam
majlis ulama dan mendengarkan petuah ahli hikmah, sesungguhnya Allah SWT, akan
menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Allah
menghidupkan tanah yang tandus dengan siraman air hujan.”
Keempat: dan juga menjaga dan
membentengi iman dari emosi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh gemerlapan
kemewahan kehidupan duniawi. Sebab, tidak sedikit kita jumpai orang-orang yang
karena keadaanm kehidupannya serba tercukupi, serba indah, dan manis. Akhirnya
hanyut kelembah angklara murka, terjermbab ke dalam kemaksiatan, sehingga
imannya menjadi ,merosot dan keropos bahkan terlepas padanya. Demikian pula
tidak sedikit orang yang hidupnya serba kekurangan dan kesulitan, tergoa oleh
kemanisan semu, kehidupan dunia, sehingga rela melepaskan keimannya, demi harta
dan kenikmatan dunia yang bersifat semu yang karakternyayang menipu dan menyesatkan, nauzubillah min
zalik.
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Dengan demikian jelaslah bagi kita
bahwa keimana harus dijaga dan dirawat serta ditingkatkan kualitasnya dengan
sikap ketulusan kepada Allah atau menjadikan Allah SWT sebagai orentasi dan
tujuan hidup. Indikasinya adalah apapun yang dilakukan dan diucapkan
semata-mata karena dilandasi oleh tujuan
untuk mendapatkan keridhaan-Nya, bukan dilandasi oleh kepentingan-kepentingan
yang lain. Dengan demikian, batin kita akan menjadi tersinari dan terang di
dalam menjalani realitas kehidupan.
Intropeksi diri kiranya sangat
diperlukan untuk mengetahui sampai dimanakah kadar keimanan kita kepada Allah
SWT. Masihkah keimanan kita ini disertai oleh keterpaksaan-keterpaksaan atau
sikap-sikap yang justru berlawanan dengan nilai-nilai keimanan tersebut?
Ataukah keimanan itu telah bersemayam di lubuk hati yang dalam sehingga dapat
membawa kita kepada nilai luhur-luhurnya? Tentunya hal itu, hanya diri kita
masing-masing yang mengetahui. Yang jelas, sampai dimanapun kadar keimanan kita
sekarang, jika selama ini kita bina dan kembangkan dengan baik, maka semakin
lama keimanan itu akan semakin subur dan kokoh dalam jiwa kita.
Allah SWT telah memberikan dambaran
kepada kita mengenai keimanan seseorang sebagaimana yang diterangkan dalam ayat
berikut ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar.” QS Al-Hujurat 15
Hadirin
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Jika keimanan telah tertanam dan
tumbuh serta berkembang subur dala diri seorang mukmin, maka keimanan itu akan
membuat kehidupan terasa begitu indah baginya, jiwanya menjadi tentram, karena
hati tertambat kepada dzikrullah. Akhirnya, mudah-mudahan Allah memberikan
kekuatan iman kepadak kita, sehingga kita dapat merasakan nikmatnya hidup
beriman dibawah Ridha Allah SWT. Amin, amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِياَّكُمْ بِاْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ َومِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ بَسَطَ
لِعِبَادِهِ مَوَاعِدِ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالى
عَلَى جَزِيْلِ اِفْضَالِهِ وَاِمْدَادِهِ, وَاَشْكُرُهُ عَلىَ كَمَالِ جُوْدِهِ وَحُسْنِ
وِدَادِهِ بِعِبَادِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمُؤَيَّدُ بِسُلْطَانِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ. صَلاَةً يَحُلُّهُمْ بِهَا دَارَ اَمَانِهِ.
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ, وَاعْلَمُوا اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ صَلىَّ
عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْماً وَاَمَرَنَا بِذَالِكَ اِرْشَادًا لَنَا وَتَعْلِيْمًا,
فَقَالَ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ : اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصّلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِيِّ, يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ,اْلاَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ,اِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ,وَقاَضِى الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا
لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
اِنَّكَ اَنْتَ اْلوَهَّابُ. رَبَّنَا اَنِتَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ,فَاذْكُرُوْا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar